Hal-hal
yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin (Suwatno dan Priansa 2011) adalah sebagai berikut:
a.
Tradisi/warisan:
seseorang menjadi pemimpin, karena warisan/ keturunan, misalnya raja atau ratu
Inggris, dan Belanda.
b.
Kekua
tan pribadi baik karena alasan fisik maupun karma kecakaparmya.
c.
Pengangkatan
atasan: seseorang menjadi pemimpin, karena diangkat oleh pihak atasannya.
d.
Pemilihan:
seseorang menjadi pemimpin, karena berdasarkan konsep penerimaan /acceptance
theory) anda menjadi pemimpin dan kami akan menaati instruksi anda.
Kajian tentang kepemimpinan sebagai ilmu (leadership
as a science), masih
terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli tentang teori munculnya kepemimpinan. Para
ahli membuat rumusan sendiri-sendiri dan cenderung tidak menolak pendapat ahli
lainnya, lebih-lebh dikaitkan dengan aliran yang mereka anut.
Dari sekian banyak
pendapat tentang teori yang ada, pada dasarnya teori munculnya kepemimpinan
dapat dikelompokkan ke dalam tiga teori (Sudarwan Danim 2004), yaitu:
1.
Teori Bawaan atau Heredity Theory
Menurut teori ini, bahwa
bakat kepemimpinan di dalam diri seseorang telah di bawa sejak lahir. Teori ini
berasumsi bahwa sifat-sifat kepemimpinan seseorang adalah faktor bawaan sejak
lahir, di mana menjadi pemimpin atau tidaknya seseorang karena takdir semata.
Penganut teori ini merumuskan tesis leader are born, kepemimpinan adalah
dilahirkan. Pendirian pokok teori ini adalah hanya orang-orang yang telah
membawa bakat kepemimpinanlah yang mampu menjadi pemimpin dikemudian hari.
Dimensi pribadi, fisik, intelektual, dan hasil baik, serta dimensi lainnya
telah dimiliki sejak lahir. Dia ditakdirkan untuk menjadi pimpinan, bahkan
sampai dengan keturunan-keturunannya.
Teori ini berpandangan
bahwa manusia itu memiliki kemampuan yang luar biasa, baik fisik maupun
otaknya. Akan tetapi kemampuan dimaksud tidak sama pada masing-masing orang.
Artinya, kemampuan itu dapat saja hanya dimiliki oleh subjek tertentu, dan
tidak dimiliki oleh yang lainnya. Kemampuan itu dilukiskan sebagai kelebihan
menonjol yang ada dalam diri seseorang. Manusia seperti ini memiliki faktor
internal (internal factor) berupa kekuatan khusus, yaitu kekuatan untuk
menjadi pimpinan dan kekuatan itu dibawa sejak lahir. Pendapat ini melihat
bahwa seseorang dapat menjadi pimpinan tanpa perlu melihat sistem luar (external
system). Modal dasar, seperti bakat, intuisi atau kecakapan praktis tanpa
dibarengi dengan teori-teori atau prinsip-prinsip, dianggap cukup untuk membuat
seseorang menjadi pimpinan.
2.
Toeri Psikologi atau Psychological Theory
Manusia itu memiliki
potensi kejiwaan atau psikologi yang bisa dibentuk melalui proses interaksi
dengan lingkungan, terutama interaksi yang disengaja atau dibuat secara khusus
untuk itu. Kata lain dari teori ini adalah teori kejiwaan. Teori ini berasumsi
bahwa sifat kepemimpinan seseorang dapat dibentuk sesuai dengan jiwanya.
Penganut teori ini merumuskan tesis leader are made, pemimpin itu dapat
diciptakan atau dipersiapkan secara khusus, misalnya, melalui pendidikan dan
pelatihan. Manusia, sesuai dengan perkembangan jiwanya dapat mempelajari subjek
berupa ilmu pengetahuan atau pengalaman atau hal-hal lain di luar dirinya
(lingkungan), demikian juga ilmu kepemimpinan.
Konsep dasar teori
kejiwaan ini adalah bahwa kapasitas seseorang dapat dibentuk, dimanipulasi,
didongkrak kematangannya, dan karenanya bakat yang dibawa sejak lahir ke
muka bumi ini bisa diabaikan. Manusia
belajar dari pengalaman dan pengalaman menaikkan tingkat kematangan seseorang,
sejalan dengan kematangan psikologisnya menurut usia kronologis. Artinya,
lingkungan adalah bagian penting dari kehidupan seseorang. Manusia sukses,
antara lain ditandai oleh kemampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
memanfaatkan lingkungan. Dalam konteks ini, manusia dapat dilihat dari berbagai dimensi,
yaitu sebagai:
a.
Makhluk
biologis yang memiliki organ tubuh seperti hewan, mempunyai nafsu makan,
dorongan seks, dan sebagainya.
b.
Makhluk
sosial yang ditandai oleh kemampuan berinteraksi dengan orang lain, perasaan
sepi hidup sendiri, dan lain-lain.
c.
Makhluk intelektual, yang ditandai oleh pelbagai kemampuan,
seperti: (1) kemampuan mengingat, (2) kemampuan memahami, (3) kemampuan
melakukan analisis, (4) kemampuan mengadakan sintesis, (5) kemampuan
mengaplikasikan konsep, dan (6) kemampuan menilai.
d.
Makhluk
pengabdi Tuhan. Kehadiran manusia di muka bumi ini bukan hanya untuk
mengabdikan dirinya kepada dirinya sendiri dan keluarganya atau organisasi
tempat dia bekerja, serta negara tempat dia bermukim. Manusia adalah makhluk
Tuhan dan dia harus menjalankan perintahNya.
e.
Makhluk
rohani yang mempunyai potensi bergerak seperti, perasaan, minat, perhatian,
persepsi, intuisi, firasat, dan kecakapan praktis.
3.
Teori
Situasi atau Situational Theory
Manusia akan
berperilaku sesuai dengan situasi yang mengitarinya, tanpa berarti dia menjadi
bunglon atau makhluk mimikri. Kata lain dari teori ini adalah teori situasi,
yang pada akhirnya melahirkan konsep kepemimpinan situasional. Ajaran teori
ini, bahwa kepemimpinan seseorang muncul sejalan dengan situasi atau lingkungan
yang mengelilingnya. Pada saat tertentu seseorang berfungsi sebagai pemimpin.
Pada saat lain sebagai manusia yang dipimpin. Bakat dan kemampuan seseorang
dapat mewujud hanya
pada situasi tertentu. Teori ini adalah sintesis dari teori keturunan yang
mengatakan bahwa bakat adalah faktor dominan dan teori kejiwaan yang berasumsi
bahwa seseorang dapat menjadi pimpinan jika dibekali pengetahuan dan sejumlah
pengalaman yang memadai.
Contoh lain, seseorang yang
memiliki latar belakang pendidikan A sukses memimpin organisasi dengan kegiatan
pokok B. Jika suatu saat dialihtugskan ke organisasi lain dengan kegiatan pokok
C, kinerjanya mungkin tidak efektif. Efektivitas kepemimpinan menurut teori
situasi dipengaruhi beberapa hal, yaitu: (1) faktor manusia yang dipimpin, (2)
fasilitas yang digunakan (3) jenis kegiatan organisasi, (4) misi organisasi,
dan (5) situasi lain yang mengitarinya.
Skema pemikiran teoretik
seperti disebutkan di atas tidak selalu nyata di dalam realitas. Pada organisasi formal, prosedur kerja mengenai
bagaimana orang yang akan duduk pada posisi pimpinan itu direkrut menjadi
keniscayaan. Di dunia usaha, misalnya, makin kuat tuntutan agar ada pembedaan
antara pemilik modal dengan orang-orang yang akan duduk pada posisi manajerial.
Di lingkungan lembaga perguruan swasta pun, pemilik yayasan dilarang merangkap
sebagai kepala sekolah. Realitas dari dulu hingga kekinian membuktikan bahwa di
luar ketiga teori di atas seseorang dapat muncul menjadi pemimpin didasari atas
perlakuan khusus. Perlakuan khusus dimaksud yaitu:
a.
Seorang
dapat muncul sebagai pimpinan berdasarkan keturunan. Misalnya, orang tua
mewariskan kepemimpinan kepada anaknya. Dengan kata lain, proses pengalihan
posisi pimpinan dilakukan secara turun-temurun. Praktek semacam ini biasanya
terjadi di negara-negara dengan sistem pemerintahan kerajaan. Di organisasi
formal yang demokratis, jarang terjadi, kecualfpada institusi-institusi milik
keluarga.
Untuk
kasus tertentu, barangkali dapat terjadi di sekolah-sekolah yang dibangun oleh
masyarakat sendiri. Hal ini pun merupakan sebuah fenomena yang seharusnya tidak
terjadi, ketika format demokrasi dan demokratisasi makin menjadi kebutuhan
dalam kehidupan modern.
b. Seseorang dapat muncul sebagai pimpinan atas
dasar pemilihan.
Di dalam
organisasi atau negara demokratis, pimpinan dipilih oleh warga atau anggota
kelompok. Pimpinan dipilih oleh anggota dengan kriteria tertentu. Hanya subjek
yang memenuhi kriterialah yang akan terpilih untuk menduduki posisi pimpinan.
Jika pada saat tertentu dugaan keliru, pimpinan dapat diganti melalui pemilihan
untuk masa jabatan berikutnya. Jumlah suara memilih menentukan posisi seseorang
untuk dapat atau tidaknya menduduki posisi itu.
c. Seseorang dapat muncul sebagai pemimpin atas
dasar penunjukan. Pimpinan ditunjuk langsung oleh pihak yang berwenang untuk
memimpin kelompok tertentu. Pejabat yang menunjuk mempunyai kekuatan formal,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penunjukan itu
dibuktikan dengan surat keputusan. Pejabat yang ditunjuk dengan surat
kep.utusan ini sering disebut kepala atau ketua. Kegiatan operasional seorang
kepala dijalankan bersama dengan kelompok staf. Di organisasi besar, sangat
jelas perbedaan antara orang-orang yang menduduki posisi pimpinan dengan yang
menduduki posisi staf. Di organisasi kecil perbedaan posisi itu kurang tampak.
d. Seorang pemimpin dapat muncul karena kegiatan
kudeta atau aksiaksi revolusioner, semisal perebutan kekuasaan. Pada tingkat
kenegaraan, misalnya, munculnya seorang menjadi pemimpin atau kepala negara
karena melakukan kudeta terhadap kepala pemerintahan yang sah.
e. Seorang pemimpin dapat muncul karena regulasi.
Misalnya, di suatu negara ada peraturan perundang-undangan yang menyatakan
bahwa manakala presiden mangkat atau berhalangan tetap, posisinya digantikan
oleh wakil presiden.