Selasa, 22 Oktober 2013

Teori Proses Lahirnya Pemimpin




Hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin (Suwatno dan Priansa 2011) adalah sebagai berikut:
a.      Tradisi/warisan: seseorang menjadi pemimpin, karena warisan/ keturunan, misalnya raja atau ratu Inggris, dan Belanda.
b.     Kekua tan pribadi baik karena alasan fisik maupun karma kecakaparmya.
c.      Pengangkatan atasan: seseorang menjadi pemimpin, karena diangkat oleh pihak atasannya.
d.     Pemilihan: seseorang menjadi pemimpin, karena berdasarkan konsep penerimaan /acceptance theory) anda menjadi pemimpin dan kami akan menaati instruksi anda.
Kajian tentang kepemimpinan sebagai ilmu (leadership as a science), masih terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli tentang teori munculnya kepemimpinan. Para ahli membuat rumusan sendiri-sendiri dan cenderung tidak menolak pendapat ahli lainnya, lebih-lebh dikaitkan dengan aliran yang mereka anut.
Dari sekian banyak pendapat tentang teori yang ada, pada dasarnya teori munculnya kepemimpinan dapat dikelompokkan ke dalam tiga teori (Sudarwan Danim 2004), yaitu:
1.      Teori Bawaan atau Heredity Theory
Menurut teori ini, bahwa bakat kepemimpinan di dalam diri seseorang telah di bawa sejak lahir. Teori ini berasumsi bahwa sifat-sifat kepemimpinan seseorang adalah faktor bawaan sejak lahir, di mana menjadi pemimpin atau tidaknya seseorang karena takdir semata. Penganut teori ini merumuskan tesis leader are born, kepemimpinan adalah dilahirkan. Pendirian pokok teori ini adalah hanya orang-orang yang telah membawa bakat kepemimpinan­lah yang mampu menjadi pemimpin dikemudian hari. Dimensi pribadi, fisik, intelektual, dan hasil baik, serta dimensi lainnya telah dimiliki sejak lahir. Dia ditakdirkan untuk menjadi pimpinan, bahkan sampai dengan keturunan-keturunannya.
Teori ini berpandangan bahwa manusia itu memiliki kemampuan yang luar biasa, baik fisik maupun otaknya. Akan tetapi kemampuan dimaksud tidak sama pada masing-masing orang. Artinya, kemampuan itu dapat saja hanya dimiliki oleh subjek tertentu, dan tidak dimiliki oleh yang lainnya. Kemampuan itu dilukiskan sebagai kelebihan menonjol yang ada dalam diri seseorang. Manusia seperti ini memiliki faktor internal (internal factor) berupa kekuatan khusus, yaitu kekuatan untuk menjadi pimpinan dan kekuatan itu dibawa sejak lahir. Pendapat ini melihat bahwa seseorang dapat menjadi pimpinan tanpa perlu melihat sistem luar (external system). Modal dasar, seperti bakat, intuisi atau kecakapan praktis tanpa dibarengi dengan teori-teori atau prinsip-prinsip, dianggap cukup untuk membuat seseorang menjadi pimpinan.
2.      Toeri Psikologi atau Psychological Theory
Manusia itu memiliki potensi kejiwaan atau psikologi yang bisa dibentuk melalui proses interaksi dengan lingkungan, terutama interaksi yang disengaja atau dibuat secara khusus untuk itu. Kata lain dari teori ini adalah teori kejiwaan. Teori ini berasumsi bahwa sifat kepemimpinan seseorang dapat dibentuk sesuai dengan jiwanya. Penganut teori ini merumuskan tesis leader are made, pemimpin itu dapat diciptakan atau dipersiapkan secara khusus, misalnya, melalui pendidikan dan pelatihan. Manusia, sesuai dengan perkembangan jiwanya dapat mempelajari subjek berupa ilmu pengetahuan atau pengalaman atau hal-hal lain di luar dirinya (lingkungan), demikian juga ilmu kepemimpinan.
Konsep dasar teori kejiwaan ini adalah bahwa kapasitas seseorang dapat dibentuk, dimanipulasi, didongkrak kematangannya, dan karenanya bakat yang dibawa sejak lahir ke muka bumi ini bisa diabaikan. Manusia belajar dari pengalaman dan pengalaman menaikkan tingkat kematangan seseorang, sejalan dengan kematangan psikologisnya menurut usia kronologis. Artinya, lingkungan adalah bagian penting dari kehidupan seseorang. Manusia sukses, antara lain ditandai oleh kemampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memanfaatkan lingkungan. Dalam konteks ini, manusia dapat dilihat dari berbagai dimensi, yaitu sebagai:
a.         Makhluk biologis yang memiliki organ tubuh seperti hewan, mempunyai nafsu makan, dorongan seks, dan sebagainya.
b.         Makhluk sosial yang ditandai oleh kemampuan berinteraksi dengan orang lain, perasaan sepi hidup sendiri, dan lain-lain.
c.         Makhluk intelektual, yang ditandai oleh pelbagai kemampuan, seperti: (1) kemampuan mengingat, (2) kemampuan memahami, (3) kemampuan melakukan analisis, (4) kemampuan mengadakan sintesis, (5) kemampuan mengaplikasikan konsep, dan (6) kemampuan menilai.
d.         Makhluk pengabdi Tuhan. Kehadiran manusia di muka bumi ini bukan hanya untuk mengabdikan dirinya kepada dirinya sendiri dan keluarganya atau organisasi tempat dia bekerja, serta negara tempat dia bermukim. Manusia adalah makhluk Tuhan dan dia harus menjalankan perintah­Nya.
e.         Makhluk rohani yang mempunyai potensi bergerak seperti, perasaan, minat, perhatian, persepsi, intuisi, firasat, dan kecakapan praktis.
3.      Teori Situasi atau Situational Theory
Manusia akan berperilaku sesuai dengan situasi yang mengitarinya, tanpa berarti dia menjadi bunglon atau makhluk mimikri. Kata lain dari teori ini adalah teori situasi, yang pada akhirnya melahirkan konsep kepemimpinan situasional. Ajaran teori ini, bahwa kepemimpinan seseorang muncul sejalan dengan situasi atau lingkungan yang mengelilingnya. Pada saat tertentu seseorang berfungsi sebagai pemimpin. Pada saat lain sebagai manusia yang dipimpin. Bakat dan kemampuan seseorang dapat mewujud hanya pada situasi tertentu. Teori ini adalah sintesis dari teori keturunan yang mengatakan bahwa bakat adalah faktor dominan dan teori kejiwaan yang berasumsi bahwa seseorang dapat menjadi pimpinan jika dibekali pengetahuan dan sejumlah pengalaman yang memadai.
Contoh lain, seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan A sukses memimpin organisasi dengan kegiatan pokok B. Jika suatu saat dialihtugskan ke organisasi lain dengan kegiatan pokok C, kinerjanya mungkin tidak efektif. Efektivitas kepemimpinan menurut teori situasi dipengaruhi beberapa hal, yaitu: (1) faktor manusia yang dipimpin, (2) fasilitas yang digunakan (3) jenis kegiatan organisasi, (4) misi organisasi, dan (5) situasi lain yang mengitarinya.
Skema pemikiran teoretik seperti disebutkan di atas tidak selalu nyata di dalam realitas. Pada organisasi formal, prosedur kerja mengenai bagaimana orang yang akan duduk pada posisi pimpinan itu direkrut menjadi keniscayaan. Di dunia usaha, misalnya, makin kuat tuntutan agar ada pembedaan antara pemilik modal dengan orang-orang yang akan duduk pada posisi manajerial. Di lingkungan lembaga perguruan swasta pun, pemilik yayasan dilarang merangkap sebagai kepala sekolah. Realitas dari dulu hingga kekinian membuktikan bahwa di luar ketiga teori di atas seseorang dapat muncul menjadi pemimpin didasari atas perlakuan khusus. Perlakuan khusus dimaksud yaitu:
a.       Seorang dapat muncul sebagai pimpinan berdasarkan keturunan. Misalnya, orang tua mewariskan kepemimpinan kepada anaknya. Dengan kata lain, proses pengalihan posisi pimpinan dilakukan secara turun-temurun. Praktek semacam ini biasanya terjadi di negara-negara dengan sistem pemerintahan kerajaan. Di organisasi formal yang demokratis, jarang terjadi, kecualfpada institusi-institusi milik keluarga.
Untuk kasus tertentu, barangkali dapat terjadi di sekolah-sekolah yang dibangun oleh masyarakat sendiri. Hal ini pun merupakan sebuah fenomena yang seharusnya tidak terjadi, ketika format demokrasi dan demokratisasi makin menjadi kebutuhan dalam kehidupan modern.
b.      Seseorang dapat muncul sebagai pimpinan atas dasar pemilihan.
Di dalam organisasi atau negara demokratis, pimpinan dipilih oleh warga atau anggota kelompok. Pimpinan dipilih oleh anggota dengan kriteria tertentu. Hanya subjek yang memenuhi kriterialah yang akan terpilih untuk menduduki posisi pimpinan. Jika pada saat tertentu dugaan keliru, pimpinan dapat diganti melalui pemilihan untuk masa jabatan berikutnya. Jumlah suara memilih menentukan posisi seseorang untuk dapat atau tidaknya menduduki posisi itu.
c.       Seseorang dapat muncul sebagai pemimpin atas dasar penunjukan. Pimpinan ditunjuk langsung oleh pihak yang berwenang untuk memimpin kelompok tertentu. Pejabat yang menunjuk mempunyai kekuatan formal, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penunjukan itu dibuktikan dengan surat keputusan. Pejabat yang ditunjuk dengan surat kep.utusan ini sering disebut kepala atau ketua. Kegiatan operasional seorang kepala dijalankan bersama dengan kelompok staf. Di organisasi besar, sangat jelas perbedaan antara orang-orang yang menduduki posisi pimpinan dengan yang menduduki posisi staf. Di organisasi kecil perbedaan posisi itu kurang tampak.
d.      Seorang pemimpin dapat muncul karena kegiatan kudeta atau aksi­aksi revolusioner, semisal perebutan kekuasaan. Pada tingkat kenegaraan, misalnya, munculnya seorang menjadi pemimpin atau kepala negara karena melakukan kudeta terhadap kepala pemerintahan yang sah.
e.       Seorang pemimpin dapat muncul karena regulasi. Misalnya, di suatu negara ada peraturan perundang-undangan yang menyatakan bahwa manakala presiden mangkat atau berhalangan tetap, posisinya digantikan oleh wakil presiden.

Popular Posts

Categories

Our Partners